Pulang ke kotamu

Pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu, tiap sudut menyapaku bersahabat penuh selaksa makna
Terhanyut aku akan nostalgia saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama suasana Jogja

Itulah sebait lagu tentang Yogyakarta, kota yang sering meninggalkan kesan mendalam bagi siapa saja yang pernah singgah disana untuk sekedar jalan-jalan, sekolah maupun bekerja. Berhubung saya pernah menimba ilmu di kota ini, tentu saja kota ini terasa begitu spesial. Dan waktu pulang kemarin, berkesempatan untuk mengunjungi kota ini, meski cuma sebentar.

Awalnya sih memang tidak ada rencana untuk ke Yogya, tetapi berhubung ada suatu urusan, jadilah di putuskan untuk ke Yogya. Dan ternyata, dalam perjalanan, datanglah keinginan untuk menapak tilas *halah. Jadilah di putuskan untuk mengunjungi, setidaknya melewati, beberapa tempat yang meninggalkan kesan mendalam di kota ini.

Bangunan yang seolah berada di dalam tanah itu masih tetap berdiri kokoh. Terlihat semakin kusut memang, ah mungkin hanya kesanku saja. Kumasuki bangunan itu. Letak meja-meja dan kursi di depan masih sama. Banyak mahasiswa yang bercengkerama disana, menanti pergantian jam kuliah. Lorong itu masih tetap sama. Tak berubah. Di tempat inilah, lebih dari 5 tahun kuhabiskan waktu demi masa depan yang lebih baik.

LorongLorong kenangan

Pas mau keluar gedung, bertemu dengan pembimbing skripsi dulu. Dan seperti biasa, pertanyaannya sering bikin gelagapan:

Aq : Pk bla..bla..bla..
P : Lho, kok disini?
Aq : Iya pak, main saja pk …. *dengan gaya polos
P : main kok sampai sini … (sambil senyum2) *langsung kutersadar, iya ya, ngapain kesini  tanpa tujuan jelas gini …
A : eh, hhhmmm, #^$&#^($

Pas pertama kali ketemu dulu, kukira beliau ini mahasiswa (karena tampang imutnya), sekarang terlihat sudah berumur. Betapa cepatnya waktu berlalu …

Berhubung acara ke Yogya mendadak, jadi pas di Yogya baru terpikir untuk mengontak sahabat yang tinggal di Yogya. Kalau well prepare kan bisa woro-woro di blog ya, kan banyak sahabat Blogger yang tinggal di Yogya. Akhirnya cuma liat-liat di list HP, siapa saja yang di Yogya. Pas nelpon salah seorang sahabat, dianya kaget, lho kok saya di Yogya. Kebetulan sahabat saya itu pas rencana mo makan. Jadilah kami ketemu sambil makan di sebuah warung di Jl. Gejayan, sambil ngobrol kesana-kemari sambil ha.ha.hi.hi.. nggak jelas gitu deh … Tapi dari obrolan itu jadi sadar, bahwa lirik lagu di atas perlu di revisi, karena sudut-sudut kota ini sudah banyak berubah. Kotanya sendiri semakin padat, semrawut dan rasanya lebih panas dulu lagi. Permasalahan yang umum sih, di banyak tempat juga seperti ini. Saking umumnya, jadi mungkin bukan masalah lagi kali ya … :mrgreen:

Selesai makan dan ngobrol-ngobrol nggak jelas, terus ke wisma Bedjo. Kontrakan yang berada di pinggir kali code ini memang penuh dengan kenangan. Ada perjuangan, ada persahabatan, ada kehilangan, yang campur aduk jadi satu deh. Dari Monjali, saya menuruni tangga sempit yang menuju ke kontrakan ini. Kontrakannya masih seperti yang dulu, tapi penghuninya sudah berubah semua (ya iyalah, masak ya iya donk).

???????????????????????????????Tangga kenangan

jembatanJalan pintas dari wisma Bedjo ke kampus

Dari situ kemudian lewat ke Tugu, dimana saya dulu sering makan gudeg di lesehan sekitar Tugu ini. Kalau sekarang sih warung lesehannya sudah di pindahkan agak jauh, tidak pas di trotoar  perempatan Tugu-nya.

???????????????????????????????Tugu, kecil tetapi melegenda

Dari Tugu terus meluncur ke toko buku di Gondokusuman, di samping GKJ Sawo Kembar. Nyari-nyari bukunya kok nggak ketemu, terus tanya saja ke penjaganya, ‘mas, The Purpose Driven Life-nya masih ada nggak” Ternyata memang yang di display sudah habis, jadi diambilkan dari tempat nyetoknya. Dulu udah pernah beli bukunya sih, tapi lupa naruh, pas dirumah di ubek-ubek nggak ketemu, jadinya beli lagi deh.

Tak terasa hari sudah sore, sudah saatnya pulang. Padahal masih pengen mampir-mampir sih, tetapi diurungkan. Yah begitulah jalan-jalan nggak jelas saat pulang ke kotamu.

69 thoughts on “Pulang ke kotamu

  1. kenangan 4 tahun menimba Ilmu di Jogja tak akan hilang dari memori saya, malah ingin kembali dan kembali lagi … miss u kota perjuangan 😛

    WAHHH, Tugu sudah lebih cerah sekarang 🙂

  2. hhh pas sekali, janjian ketemuan dengan temen pas waktunya makan. Klop.
    Beberapa kali ke Jogja membuat saya nggak merasa bosan, karena setiap sudut bagiannya memberikan kesan tersendiri

  3. mmmhhhh, yang punya kenangan rek… napak tilasnya tiap tahun aja 😀

    buat aku, ingat yogya ingat menggelandang n kecopetan. hiks… *jadi pengen nulis juga deh.

  4. dulu pas jaman kuliah saya beberapa kali ke jogja pas liburan.krn kebanyakan teman SMU kuliah di jogja.tp semenjak lulus kuliah.gak pernah lagi menginjakkan kaki di jogja..maunya sih main lagi ksana hehe

  5. Baru dari New York to, Bro. New Yorkarto maksudnya 🙂 di gejayan banyak sekali warung makan.
    Aku pernah ngrasain bakso uleg yg di dekat jembatan merah. pikiranku, namanya bakso uleg itu baksonya yang diuleg, eh jebule lomboknya yg diuleg. benar-benar pedas tenan, bro.
    Yogya memang berhati nyaman

  6. Yogya memang lebih ruwet sekarang, MasWong. Lampu merah di mana-mana dah gitu ijonya cuma 30 detik merahnya sak uwen-uwen hayaaaah bikin emosi 😀 Lom sempat masukin gigi dah merah lagi 😆

    Tapi Yogya memang penuh kenangan, 5 th aku menimba ilmu di kampung halaman ortuku itu 😀

Leave a reply to Bams Triwoko Cancel reply