Milestone

“Gantungkan cita-citamu setinggi langit, kalau tidak tercapai, setidaknya ada kemungkinan tersangkut di pencakar langit, daripada menggantungkan cita-cita di atap rumah, kalau tidak tercapai ya jatuh ke tanah.” begitu kurang lebih bapakku memotivasi anak-anaknya. Dan sekolah adalah jalan terbaik bagi kami untuk bisa mewujudkan cita-cita.

Saking getolnya sekolah, maka selepas kuliah di Yogyess pun saya masih sibuk mencari-cari cara buat melanjutkan sekolah. Dan pilihan yang tersedia ya cuma mencari beasiswa, karena tidak mungkin kalau pakai biaya sendiri. Karena itu, demi mewujudkan mimpi yang sempurna masa kecil, saya terus mencari dan mencari, menunggu dan menunggu kesempatan itu datang. Tidak masuk kualifikasi itu biasa, ditolak itu sering. Dari banyak aplikasi beasiswa yang saya kirim, ada yang lolos di shortlist aja, ada yang sampai wawancara dan lebih banyak yang tak ada kabar lanjutannya :D.

Ditahun pertama kerja, ada satu yang sampai tahap wawancara. Dengan semangat, saya mempersiapkan diri untuk wawancara. Tips-tips wawancara kerja yang saya peroleh dari teman dulu saya pelajari lagi. Tetapi wawancara kali ini gagal. Saya salah fokus. Kecewa sih, karena ini tahap terakhir. Tapi ya sudahlah, belum rejekinya. Tahun berikutnya saya apply lagi banyak beasiswa. Dapat panggilan wawancara lagi, dan saya pelajari lebih banyak lagi tentang sumber beasiswa dari ozetralia ini. Pas wawancara, singkat banget, cuma sepuluh  menitan *padahal nunggunya berjam-jam :D. Penginterviewnya nggak terlalu banyak tanya, meskipun saat bertanya dia terlihat cukup serius. Udah gitu, saking gugupnya, saya menjawab sambil secara tidak sadar memijat-mijat jari tangan sampai bunyi klik gitu. Sadarnya saat interviewernya bilang jangan gitu lagi. Alamaaak, maluuu. Saya minta maaf trus stop mengklik jari. Pas keluar ruangan langsung lemes deh, rasanya gagal gitu. Jadi saya tidak terlalu memikirkan kapan keluar hasilnya, mikirnya cari tawaran beasiswa lainnya.

Beberapa bulan berikutnya, saat masih di tempat kerja, saya ditelepon sama adik di rumah. Katanya dapat surat. Saat tahu itu surat dari pemberi beasiswa ozetralia, saya bilang buka saja. Pikiranku saat itu, ah paling surat ucapan terima kasih sudah apply, yang ujung-ujungnya bilang ‘karena banyaknya peminat dan ketatnya persaingan, maka kami terpaksa menolak banyak kandidat berkualitas. Maaf, anda terpaksa kami tolak’. Tapi setelah dibaca, adik saya bilang “… you are accepted … kuwi maksudte opo. kowe ketompo yo (itu artinya apa, kamu keterima ya)?”

Deg, mak ser. Aku mencubit pipi, siapa tahu cuma mimpi aja, tapi beneran sakit pipinya waktu di cubit. Masih belum yakin, saya langsung cek di website resminya. Ternyata memang sudah ada pengumuman. Lalu saya telusuri nama yang ada di situ satu persatu. Setelah lebih dari separo nama terlewati, saya menemukan nama yang sangat familiar itu. Langsung saja saya print daftar penerima beasiswa itu, supaya saya tenang ada bukti yang saya pegang. Takutnya saya hanya salah membaca saja atau datanya diubah *ha.ha.ha. paranoid banget yak. Setelah saya print, saya jadi tenang, karena saya memegang bukti otentik bahwa nama saya ada disitu.

Malam itu terasa manis sekali. Sebuah milestone dalam hidup saya.

Tulisan ini saya ikutkan dalam  “Kenangan Manis untuk Giveaway Manis-Manis

59 thoughts on “Milestone

  1. Semangat belajar dan berjuang Mas Hindri sangat bagus. Semoga juga bisa menulari anak 2 saya. Tapi kayaknya aku harus banyak belajar dari Bapaknya Mas. 🙂

  2. semangat buat sekolah memang harus tinggi…. karena sekolah itu memang tempat belajar yang paling menarik dibandingkan kehidupan nyata… jadi kalau masih bisa sekolah terus ya lanjutkan terus…. opo meneh iso gratisan… ahaha

  3. Kalau kata temenku,
    Ganungkan cita-citamu setinggi langit,
    Biarkan malaikat memeluknya membawa ketujuan cita-citamu 🙂

    Matursuwun sampun sharing posting meniko Pak Lurah

Leave a comment